Mengapa Adaptive Leadership Penting di Era Yang Tidak Menentu Seperti Sekarang?

Source: soccerbible.com


Dewasa ini dunia terasa sangat cepat, pergeseran, pembaruan dan perubahan begitu tidak menentu. Percepatan teknologi muncul tiap waktu, sampai berwujud kepada hal-hal yang tidak pernah kita duga sama sekali. Disrupsi juga seakan mengejutkan banyak orang, perpindahan gaya kerja, ataupun perubahan bisnis sudah sering terjadi, sehingga kita harus siap siaga dalam menghadapi arus disrupsi. Bahkan yang terbaru, tidak banyak orang yang memprediksi akan ada bencana global – pandemic covid-19 yang mempengaruhi kehidupan banyak orang. Yang berubah bukan hanya cara mereka menjaga kesehatan, tetapi juga dalam berinteraksi, bahkan hingga cara orang untuk membeli barang.

Sehingga era ini biasa disebut juga sebagai era VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity dan Ambiguity) atau lebih simpelnya sih era yang penuh ketidakpastian, dengan itu pada era ini dibutuhkan gaya kepemimpinan kontemporer yang dapat berselancar melalui rintangan dan beradaptasi kepada permasalahan baru yang bahkan tidak dapat diprediksi sebelumnya, tipe kepemimpinan tersebut ialah Adaptive Leadership.

Tak hanya pada bisnis, konsep adaptive leadership sendiri dapat digunakan di segala bidang, termasuk pada sektor pemerintahan maupun organisasi. Sebelumnya, ada tipe kepemimpinan yang kerap kali dominan untuk digunakan oleh pemimpin, dan juga dapat menjadi bahan pembanding untuk mengenali gaya Adaptive Leadership, yaitu kepemimpinan dengan gaya Figur Otoritas dan Techincal Leadership. Maka dari itu, terlebih dulu perlu kami jabarkan ciri ataupun definitif gaya kepemimpinan tersebut.

Figur Otoritas

Menjadi figure otoritas adalah tentang memenuhi kepuasan, mengatakan apa yang banyak orang inginkan dan menjaga sebuah keharmonisan. Sehingga sifat kepemimpinan ini bersifat diplomatis, cenderung mengayomi semua dan sering menghindari terjadinya konflik.

Dalam gaya ini, pemimpin tersebut akan berusaha menjaga Status Quo masyarakat. Cenderung sulit melakukan perubahan (jika kalimat tidak menginginkan perubahan terlalu bersifat judgement), namun kemungkinan perubahan akan tetap ada, tetapi melalui sebuah dorongan yang sangat besar, baik oleh masyarakat ataupun waktu yang memaksakan perubahan tersebut. Dimana bukan pemimpin jenis ini yang berusaha inisiatif untuk merubahnya.

Technical Leadership

Sedangkan kepemimpinan tipe ini eksis saat situasi baik bisnis maupun permasalahan masih relatif stabil seperti pada masa 1960-80an, walau begitu pemimpin era sekarang masih ada yang bergaya seperti ini. Kepemipinan tipe ini berguna saat tantangan atau masalah yang ada menurut Ronald Heifetz berciri tantangan teknis. Adapun ciri-ciri tantangan teknis ialah:


- Masalah yang muncul memiliki kejelasan apa yang menjadi solusi atau jawabannya.

- Masalah yang dihadapi dicari solusinya dengan pengetahuan dan pengalaman yang ada.

- Mereka yang berpengalaman menjadi sumber informasi pemecahan masalah.

- Tantangan yang ada dapat dicari solusinya menggunakan upaya linear seperti analisa tulang ikan atau root cause analysis.

- Jawaban yang ada dapat diimplementasikan untuk satu bagian dari organisasi atau bisnis. Pemecahan masalah bisa secara terlokalisir di satu bagian atau fungsi.

 

Di era tahun tersebut, variabel ataupun permasalahan yang mempengaruhi masih belum begitu kompleks, dimana kita dapat melihat penyebab suatu masalah dan mudah untuk menentukan solusinya. Seperti misalnya turunnya penjualan di era tersebut pada umumnya disebabkan karena faktor kualitas produk, kepuasan pelanggan, atau tidak kompetitifnya harga. Untuk mengatasi permasalahan ini bisa diberikan solusi seperti meningkatkan pelayanan, mengubah kualitas produk, brand image ataupun melakukan efisiensi biaya.

Adapun ciri gaya kepemimpinan jenis ini memimpin dengan cara:

- Menggunakan komando dan kontrol sebagai cara mengelola staff.

- Atasan mengambil peran yang tidak egaliter, dengan cara lebih banyak memikirkan, menyuruh, meminta atau menginstruksikan.

- Penyelesaian masalah dilakukan oleh mereka yang memiliki keahlian, biasanya yang ada di top management dan mereka yang dianggap perbengalaman. Serta proses penyelesaian masalah biasanya dilakukan melalui analisa sebab-akibat.

- Para ahli di organisasi biasanya dianggap yang paling tau persoalan dan memiliki jawaban berkat skill dan pengalaman.

- Menggerakan anggotanya menggunakan power. Anggota bergerak lebih cenderung karena rasa segan atau khawatir akan adanya konsekuensi negative jika tidak menindaklanjuti tugasnya.


Adaptive Leadership

Sedangkan adaptive leadership memiliki perbedaan dengan dua tipe kepemimpinan diatas. Adapun 6 point ciri dari tipe ini, antara lain:

1. Naik Keatas Balkon

Dimana kebanyakan orang ketika melihat atau sedang dihadapkan suatu masalah, diibaratkan seperti berada di lantai dansa. Ia hanya dapat memerhatikan sekelilingnya, dengan jarak pandang yang tidak terlalu luas. Seharusnya mereka melihat masalah seperti orang yang berada diatas balkon/panggung, agar dapat melihat secara luas suatu permasalahan, walau terkadang mereka juga perlu untuk berada di lantai dansa.


2. Diagnosa Masalah Adaptif

Sebaiknya semua orang dapat mengklasifikasikan sebuah masalah menjadi masalah teknis & adaptif. Sehingga dapat memutuskan tipe penyelesaian yang mendekati ke akuratan, misalnya kasus larangan mudik dikala pandemi, yang didalamnya terdapat variabel yang menjadi alasan seseorang untuk mudik, baik karena kultural, kebutuhan, stress, dsb. Penyelesaian ini tidak dapat diselesaikan dengan hanya langkah teknis, terlebih membuat lagu jangan mudik.


3. Menciptakan dan Menjaga Konflik Pada Level Produktif

Seorang pemimpin harus dapat mengelola konflik di dalam organisasinya, agar tidak terlalu panas ataupun terlalu dingin, dapat dianalogikan seperti “Panci Presto” yang kalau dibiarkan dingin hidangannya tidak akan jadi, kalau terlalu panas nantinya dapat meledak. Tensi panas di level produktif digunakan untuk menjaga intensitas publik/anggota agar selalu aware serta mendapat hal-hal yang konstruktif, tetapi jangan membuat konflik terlalu kepanasan dan menyebabkan publik/anggota frustasi dan memilih untuk tidak take action. Apabila terlalu dingin pun nantinya menyebabkan para anggota merasa tidak mempunyai masalah apa-apa.
 

4. Work at The Center

Ketika melihat suatu permasalahan ataupun sedang berkegiatan, anda perlu melihat orang-orang disekeliling untuk menemukan potensi mereka dan berkolaborasi. Anda tak perlu mengambil semua pekerjaan, tetapi manfaatkan potensi partner anda.

  

5. Hindari Menawarkan Solusi 

Untuk membuat adaptive leadership berhasil, anda perlu lebih sering untuk menanyakan sesuatu kepada orang lain, perihal sebuah masalah ataupun solusi, membawa anggota ke opini yang harus mereka jawab sendiri. Karena terkadang kebenaran ataupun values dari seseorang dapat terlalu berjauhan, dan sangat mungkin kita susah untuk menerima argument dari lawan kita apabila sangat berjauhan. 
Misalnya saja ada perdebatan orang tua dan anak, dimana anak tersebut mempunyai pendapat bahwa lulus kuliah itu tidak terlalu penting, dimana masa sekarang sang anak tersebut dapat melihat banyak variabel yang menunjukkan bahwa lulus kuliah tidak terlalu penting, sedangkan orang tua dari anak tersebut tidak dapat melihat kasus tersebut, karena mereka mempunyai bahan observasi dari masa ketika mereka berkuliah, dan banyak dari generasinya yang sukses karena mempunyai gelar perkuliahan. Pada kasus ini pendapat sang anak sangat berjauhan, sehingga sulit untuk diterima oleh orang tuanya, namun sang anak dapat terus bertanya mengenai urgensi lulus kuliah kepada kedua orang tuanya, dapat pula memasukan variabel-variabel yang modern, sampai akhirnya orang tuanya dapat melihat realitas yang paling relevan saat in.

 

6. Ciptakan Kapasitas Kepemimpinan Untuk Orang Lain 

Penting untuk seseorang baik itu pemimpin ataupun bukan, memberikan lahan untuk orang lain agar dapat menjadi pemimpin. Dengan cara, tidak terlalu sering mendominasi percakapan, ide, maupun keputusan. Walau terkadang kita pun sudah paham solusinya, kita dapat bertanya terlebih dahulu terkait solusi dari anggota yang lain, lalu kita elaborasi. 
Ataupun seorang leader perlu memberi coaching kepada anggotanya, baik itu tips maupun tools dalam pengambilan keputusan, seperti logical thinking, ataupun critical thinking. Coaching ini sangat perlu, karena selain untuk membekali anggota, ini juga berperan untuk proses penyelesaian kebijakan semakin berkualitas, serta semakin aktif, dan hal ini mengurangi itensitas konflik ataupun keluhan yang disebabkan oleh kurangnya kualitas bersama.

 

Melalui beberapa poin tersebut, membuat adaptive leadership terasa lebih segar dan layak digunakan untuk era sekarang. Dimana gaya tersebut berusaha tidak anti terhadap konflik, namun berusaha menjaganya, serta rela memberikan lahan kepada konflik, agar terciptanya pembaruan yang konstruktif. Selain itu meningkatkan dan memberikan kesempatan leadership kepada anggota secara umum, dapat menunjang kinerja suatu organisasi semakin berkualitas.

Lalu mengapa perihal permasalahan adaptif lebih rumit dari permasalahan teknis? Karena biasanya solusinya perlu melepaskan DNA kultural dari masyarakat, yang secara evolutif perubahannya akan memakan waktu yang lama. Misalnya seperti contoh kasus mudik diatas, hal itu menyangkut kultur banyak masyarakat di Indoensia, sehingga penyelesaiannya lebih kompleks dan tidak dapat di simplifikasi.

Setelah membaca artikel ini kira-kira kalian atau pemimpin kalian merupakan tipe yang mana ya? Tertarik untuk switch ke Adaptive Leadership?

Author: WK


Mengapa Adaptive Leadership Penting di Era Yang Tidak Menentu Seperti Sekarang? Mengapa Adaptive Leadership Penting di Era Yang Tidak Menentu Seperti Sekarang? Reviewed by Untidar Online on Agustus 06, 2020 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.