Pada tahun 2020 Untidar akhirnya melaksanakan KKN (Kuliah Kerja Nyata), tepatnya kegiatan tersebut berlangsung selama satu bulan, yang dimulai sejak tanggal 20 Juli sampai 20 Agustus. Dimana hal ini juga merupakan kegiatan KKN pertama kali Untidar selepas perubahan status menjadi kampus negeri, yaitu sejak tahun 2014.
Sebelumnya Untidar hanya menyelenggarakan kegiatan Magang ataupun PPM (Program Pengabdian Masyarakat), dimana kita lebih akrab dengan sebutan Mini-KKN. Pelaksanaan kegiatan ini pun berbeda-beda, sesuai dengan kebijakan di masing-masing Fakultas.
Dengan berlandaskan dikti dan dimana KKN di kampus negeri sepertinya memang mutlak adanya, akhirnya Untidar memutuskan untuk mengadakannya walau ditengah pandemi. Dengan berkonsep KKN Tematik[H1] , dimana KKN Tematik adalah program Kuliah Kerja Nyata dengan fokus yang spesifik dengan ciri: (1) relevan dengan program pembangunan daerah atau pemerintah pusat; (2) relevan dengan kebutuhan masyarakat; dan (3) relevan dengan visi, misi, renstra, kepakaran, dan IPTEKS yang dimiliki Untidar.
Selain itu, KKN sekarang berbeda dengan KKN biasanya, KKN ditengah pandemi memiliki rintangannya tersendiri, misalnya para Mahasiswa harus menjalankan kegiatan sambil menjaga dirinya masing-masing, selain itu mahasiswa sedari awal sudah berada dirumah masing-masing, sehingga sedikit banyak mengalami masalah dalam koordinasi.
Sehubungan dengan itu, kami tertarik untuk menelisik dan bertanya kepada beberapa Mahasiswa Untidar tentang bagaimana cerita dan keluh mereka yang menjalani KKN ditengah Pandemi.
Vivi :
Boleh diceritain gak tentang KKN sekarang?
Jadi secara program, di KKN sekarang ada dua jenis program:
1. Penanggulangan dan edukasi pencegahan Covid-19 ada 9 program, yang outputnya Sosialisasi.
2. Karya pengabdian di masa pandemi Covid-19 ada beberapa program, yang outputnya karya.
Ada kendala gak dalam proses kegiatan KKN?
Prokernya rada bingungin, kayak ada proker yang cuman satu jurusan doang (e-marketing & legal), setelah gak dijelasin akhirnya banyak yang nanya ke LPPM, dan gataunya setelah dijelasin satu kelompok disuruh ambil satu proker aja.
Kalo kelompok gua ambil yang tema 1 program 1.1, yaitu Program edukasi pencegahan bagi masyarakat secara daring, setiap mahasiswa ternyata harus punya program yang menjurus ke prodi masing-masing.
Jadi dikelompok gua sendiri ada 2 Teknik elektro, 2 Teknik sipil, 1 Pendidikan ipa, 1 Manajemen. Ipa ambil edukasi pencegahan covid sipil ambil bahaya limbah cair, manajemen ambil manajemen keuangan keluarga di masa pandemi, elektro penghematan listrik dan bahaya elektronik. Ini bikin rada gak nyambung program elaborasi sama program kerjanya.
Kalau menurut kamu apa yang kurang dari KKN sekarang?
Yang kurang sih karena ijinnya dilakuin sendiri ke desa tempat KKN.
Sama lampiran yang di dokumen beberapa kurang jelas, nanti ada info mendadak untuk ngumpulin, entah proposal, laporan individu, atau rekapitulasi proker. Serba mendadak, kita mah taunya laporan cuman sekali.
Harapannya apa buat KKN kedepannya?
Yaa semoga KKN nya besok lebih baik dan lebih jelas. Dalam artian infonya udah jelas dari awal dan enggak simpang siur ketika udah ngejalanin kegiatannya. Semoga sih pandeminya juga udah kelar biar KKN nya beneran hehe.
Utami :
Menurut kamu, apasih Plus dan Minus-nya KKN sekarang?
Nilai Plusnya sih aku nyaman ya gaperlu tinggal di rumah warga bisa pulang-pergi gak riweh. Apalagi dimasa pandemi. Sedangkan, minusnya sih jadi kurang deket, kurang nyatu ke warga.
KKN sekarang diluar minimal 5 jam.
Yang di dapet dari KKN sekarang apa?
Yang di dapet sih jadi dapet temen baru, bisa mengaplikasikan keilmuan yang di dapet juga, walau skalanya kecil. Contohnya, aku kan dari pendidikan, bisa sosialisasi perihal hand sanitizer ke ibu-ibu, ataupun bagaimana cara cuci-tangan yang baik dan benar.
Ceritain dong keluh-kesahnya apasih KKN sekarang?
Kesulitannya karena lagi pandemi, kegiatannya di batesin dan gabisa sering-sering ngumpulin masyarakat, kayak pas kegiatan pertama kelompokku itu bisa ngumpulin sekitar 40 orang, tapi pas kegiatan kedua yang agendanya itu latihan bikin face shield eh ternyata dibatasin.
Selain itu, kalo kelompok aku sendiri bikinnya karya, jadi butuh dana yang cukup lumayan, dan itu dana-nya kita harus merogoh kantong masing-masing.
Oiya, komunikasi ke DPL (Dosen Pembimbing Lapangan) itu susah, karena gak se-domisili sama tempat kita KKN, jadi mereka kurang bisa ngejelasin secara langsung. Selain itu DPL nya beda-beda, ada sih yang enak sering ngasih bimbingan lewat video conference, ada yang selalu mantau kegiatan di Instagam, ada yang dapet PPT gitu buat bahan presentasi, tapi ada juga yang engga.
Belum lagi di FKIP ternyata untuk kebutuhan KKN itu harus 4 sks, sedangkan di KKN LPPM ini Cuma 3 sks, alhasil untuk anggota yang dari FKIP jadi dapet tugas tambahan buat artikel untuk di publish ditengah-tengah kegiatan. Sedangkan batas waktu pengumpulan artikelnya barengan sama KKN. Jadi kalau mau ada tambahan tugas bagusnya sih dari awal aja, engga diputusin dari tengah - tengah kegiatan kayak sekarang.
Sesuai ekpektasi gak sih KKN sekarang?
Untuk sesuai ekpektasi, enggak sih, karena bener-bener beda sama apa yang kita bayangin.
Harapannya apa buat KKN selanjutanya?
Harapannya sih lebih baik dalam organisir kelompok, pembagian koordinasi, terlebih soal pembekalannya aku rasa masih kurang dan masih bikin bingung.
Andika :
Boleh ceritain gimana KKN sekarang?
Ini kan KKN pertama di Untidar juga, sialnya pas lagi pandemi. Kalo menurut pendapat gua pihak kampus (LPPM) membuat peraturan kurang jelas, dan cenderung labil. Waktu itu prof. Eri bilang kelompoknya boleh milih sendiri, terus gataunya harus se-domisili. Mungkin salah satunya faktor dari daring, jadi kurang jelas koordinasinya.
Sesuai ekspektasi gak KKN sekarang?
Kalo dari gua sih bener2 gak sesuai ekpektasi gua, kalo gua pengennya tetep KKN yang berkualitas. Soalnya gua bayangin KKN tuh kayak ke pelosok banget, kayak desa penari gitu dah hehe.
Ada kendala gak di KKN sekarang?
Pas bimbingan sama dosen DPL gua, dia juga enggak dikasih tau mekanisme yang jelas, jadi dia bingung. Entah beliau doang atau semua DPL mengalami hal demikian.
Kalo yang KKN ditempat lain ijinnya biasanya cuman sampe kelurahan doang, karena mungkin di domisili masing-masing, kalo gue kebetulan di Gunung Kidul, tempat nenek. Jadi disuruh buat ijin ke pemda, karena kebetulan belom ada surat ijin, padahal gua dalam kondisi udah mulai KKN, akhirnya kelompok gua bikin proposal ijin. Harusnya proposal ijin itu bagusnya sih dari LPPM, karena harusnya hubungannya antar lembaga LPPM-Pemda, bukan dari Mahasiswa ke Pemda.
Pihak kelurahan gua itu sempet kecewa, karena kita dateng cuman sendiri, mereka mengharapkan ada dosen yang ngedampingin kita. Entah pengennya pihak kelurahan itu dosennya perlu dateng atau enggak, paling enggak komunikasi ke pihak kelurahan itu penting sih.
Banyak yang salah paham juga sama laporan atau lampiran-lampirannya. Yang gak masuk akal per-individu harus ngelaksanain 150 jam kerja, yang mencakup; 20 jam identifikasi masalah, 20 jam perencanaan proker, 10 jam pelaporan 100 jam pelaksanaan proker. Bayangin aja kalo 100 jam dengan bertema online, konsepnya gimana, jadi enggak terlalu sesuai sama yang ada di lapangan.
Harapannya buat KKN kedepannya apa?
Harapannya sih sistem atau mekanismenya lebih diperjelas, pelayanan yang baik, menjalin kemitraannya juga yang baik dan tentunya lebih terkonsep dengan matang. Juga pengarahan dan pembimbingan mudah-mudahan lebih baik lagi.
Walau tidak semua cerita peserta KKN dapat tertuangkan, tetapi seperti yang telah diceritakan oleh Vivi, Utami maupun Andika, KKN Untidar kali ini memang masih memiliki kekurangan, terlebih sebagai KKN pertama dan dilakukan ditengah pandemi. Tetapi semoga kedepannya kegiatan seperti KKN dapat digodog lebih matang lagi, agar baik dalam proses ataupun output dapat menjadi lebih baik.
Author: WK
Kredit gambar: Peserta KKN Untidar 2020
Tidak ada komentar: